Senin, 27 Juli 2015

Terompah Merah Jambu

jika saja sebuah tanda tak lagi kau raih
atau lara di seberang pagi masih terus mengusik
menarik nafas panjang menawarkan pening juga rasa kagum kemarin
pada lidah sibuk berucap apa saja di penghujung sore

sepasang bola mata nakal menjuntaikan arah
mungkin saja mencarinya yang elok karena sore itu terlihat indah
kearah benda kecil nun lincah
pada terompah merah muda itu

duh gusti, apa yang nanti akan ku ucap, juga apa yang nanti ku tatap
atau diam saja memandangi pemilik teromopah merah jambu
melihatnya berkali-kali
mencuri pandang

seolah langit-langit atap tertawa riang
katanya aku ini konyol tak bermartabat
ah, biarkan saja, ocehannya tak berasa, maklum, dia hanya mahluk mati yang tak berasa
sudah ku bilang, nanti saja jika bus hijau pulang dan kami bicara panjang lebar


0 komentar:

Posting Komentar